Aku tidak tahu, memulai darimana aku menulis. Yang jelas, tetangga sekitar tempat aku tinggal heboh. Apa yang membuat mereka heboh? Rupanya beberapa tetangga kehilangan uang di dalam rumah. Informasi yang sempat aku tangkap dari pembicaraan mereka, jumlah uang yang hilang dari beberapa orang tetangga mencapai 7 juta lebih. Hanya dalam waktu tak kurang satu minggu. Awalnya seorang tetangga kehilangan uang 700 ribu. Uang tersebut di simpan dalam lemari. Selama ini aman-aman saja. Tak pernah sedikitpun merasa kehilangan uang. Sang tetangga diam saja, ia merasa … mungkin hanya lupa tempat menyimpannya. Kegiatan sehari-hari terus ia lakukan. Hingga satu hari kemudian, seorang nenek yang berjarak tak kurang 15 meter dari rumahnya heboh. Uang simpanannya berkurang dalam lemari berkurang 900 ribu. Jumlah yang bukan sedikit. Ia ceritakan perihal kehilangan ini kepada anak dan menantunya yang tinggal tak jauh. Sontak gegerlah anak-beranak dan menantu itu. Kabar tersebut cepat menyebar di lingkunganku. Ternyata tak hanya dua tetanggaku yang kehilangan uang. Lebih dari enam orang yang kehilangan dalam waktu yang hampir bersamaan. Para tetangga geram.Ini pasti ada kerjaan orang yang memelihara tuyul.
Beberapa orang berinisiatif mendatangi seorang kyai, termasuk yang kehilangan pertama kali, menanyakan perihal kehilangan itu dari kacamata ghaib. Tentu saja beberapa tetangga tadi kaget bercampur heran. “Orangnya tinggal tak jauh, tak lebih dari 5 langkah dan baru pindah” kata sang kyai. Tetangga yang mendapat ‘kabar’ dari sang kyai segera menduga. Ada warga pendatang dan tak jauh dari rumahnya. Waktu itu pindahannya juga aneh. Malam-malam, ketika para tetangga sudah tidur. Suatu kebiasaan yang tak lazim. Wahhh … ini pasti! Pikirnya. “Salah satu cirinya perempuan itu tak pernah mengenakan BH” tambah sang kyai. Semakin tepat saja ‘dugaan’ tetanggaku itu. Akhirnya beberapa tetangga yang mendatangi rumah kyai pulang dan menyampaikan kabar berita yang ‘didapat’ .
Lagi-lagi … layanan listrik di sekitar tempat tinggalku padam. Entahlah ada apa dengan jaringan pemasok energi milik pemerintah ini. Dalam seminggu terakhir saja sudah sering ‘byar pet’. Alias turun naik. Jelang pukul 7 malam ada yang merasa kehilangan lagi. Jumlahnya juga cukup banyak. “Hampir dua juta” kata tetangga yang baru kehilangan. “Padahal uang ini kami tabung untuk persiapan anak yang akan masuk SMP tahun ini” tambahnya. Rupanya tetangga yang satu ini menyimpan uang dalam celengan. Pecahan uang yang di simpan bukan beragam ada seribu, limaribu, sepuluh ribu. “Uang itu hasil yang kami sisihkan dari jualan” kata sang tetangga dengan mimik sedih.
Listrik belum juga mau menyala. Warga makin heboh. Beberapa orang berkelompok berkerumun bercerita dengan versi masing-masing. Bang Omid datang dengan tergopoh-gopoh. “Uang simpanan saya juga hilang, jumlah tak banyak. Tapi cukup untuk ongkos kami ke Brebes beberapa hari ke depan!” katanya. Bang Omid adalah warga asli, istrinya berasal dari Brebes-Jawa Tengah. Dia bekerja menjadi burung giling karet di rumah.
Tentu para tetangga semakin emosi. Bahkan ada yang bersuara agak keras. “Kita tangkap dan bakar hidup-hidup orang itu” katanya. “Heehhh … Jangan emosional, pikir dong pake otak jernih” Kata yang lain. “Itu namanya tindakan konyol, mau lo masuk sel” kata yang lainnya lagi. “Kita menuduh tanpa bukti yang kuat saja, bisa di adukan ke polisi atas laporan pencemaran nama baik” Kata bang Udin. “Hukumannya … Penjara” Tambahnya lagi. “Kalau kita main hakim sendiri, mau kita semua masuk penjara gara-gara persoalan ini?” tambahnya dengan nada lebih tinggi. “Mau di kasih apa anak bini lu?” tambah bang Udin. Kita harus berfikir maju. Sekarang, bagi yang memiliki uang, simpanlah di tempat yang betul-betul aman. Di bank misalnya. Atau kalau yang mau tetap menyimpan uang dalam rumah, simpanlah dalam tempat yang di dalamnya ada ayat suci. Begitu kata pak RT. Warga manggut-manggut. Iya-ya atas dasar dugaan, tak boleh sembarangan menuduh. Apalagi atas dasar tak suka.
Udara makin dingin. Maklum Bogor beberapa hari ini terus di guyur hujan. Hampir tiga jam lebih listrik belum juga menyala. Pukul 10 malam baru menyala. “Alhamdulillah … serentak orang yang masih berkumpul menyeru”. Beberapa pemuda dan bapak-bapaksengaja begadang malam itu. Banyak hal yang dibicarakan terkait dengan mahluk ghaib ini. Mungkin malam itu tetangga yang memiliki cukup uang mulai khawatir. Jangan-jangan giliran akan tiba padanya.
Selama hampir dua tahun aku tinggal tak terdengar kabar ada orang yang kehilangan uang. Baru kali ini dan sungguh heboh. Anda boleh percaya dan boleh juga tidak.
Salam kenal …
kelanjutan dari orang yang dicurigai itu gimana Mas.. ? apa memang betul seperti dugaan warga dan sesuai dengan omongan sang kyai ? ..
ok .. mo blogwalkin’ lagi… nt mampir2 lagi kesini..
klo ada waktu main2 ya mas ke blog saya…
tengkiu 🙂
salam kenal kembali … hehe penasaran ya? ntar di sambung-sambungin ye!
Wah, masih ada cerita tentang tuyul…ikutan serem bacanya 😦
Mudah-mudahan dengan semakin taat beribadah, ayat-ayat suci yang sering diperdengarkan serta hati-hati dalam menyimpan uang, tuyul itu akan pergi untuk selamanya…
hehehe … ane juga serem, sepakat …
Tuyul ya…….yang penting waspada dan mawas diri aja……
iya … sepakat juga!
seremmmm…..tuyul
terus kelanjutannya?
tuyulnya ketangkep?
ini kisah nyata apa fiksi mas! ceritanya kokgak tuntas tas tas!
Ada kisah tentang penangkapan tuyul ( tuyulnya makan nasi, pake baju, pake sendal, dll. )
ikut aja kontes di sini….
salam kenal
kisah bener apa nggak ini mas?
salam kenal juga … kisah bener, namun namanya di samarkan …
bilangin sama tuyulnya: mbok kalo mo nguras jgn nanggung! Atm atau langsung ke BANKnya getoh! Bermilyard-milyard bisa diambil kan? BTW mungkin bisnis peternakan tuyul bakal merebak lagi.
oalah ”kyai”nya bisa lihat yg ghaib.
ini pasti tuyul jaman dulu, jaman sekarang tuyulnya lebih suka milih atm dan rekening bank, dan tuyulnya punya nama seperti gayus dan lain-lain. 😉
salam persahablogan
hem. . . . Koyo nang soko wae yo kang. Jek no tuyul
nang ndi-ndi akeh tuyul … ora ming nang soko tho! hehehe, namanya juga unik-unik, ada ipin + upin … de-el-el
yang penting lebaran muleh kampung. Tilik wong tuo karo nggowo klambi anyar. . .